
Bismillah
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuhu
Menyikapi tuduhan “SUFI” terhadap diri saya dan ma’had yang saya rintis, bahwa:
- Wallahi bahwa dari awal baligh hingga saat ini saya tidak pernah berbaiat ke manapun.
- Adapun jika saya ada hubungan pertemanan dengan seseorang yang ber-manhaj sufi, itu hanya sebatas muamalah biasa, seperti manusia dengan manusia lainnya, yang qodarullah saya tinggal di perkampungan awam dan sebagian ada yang menganut thoriqot. Justru di tengah-tengah merekalah saya berusaha untuk berdakwah dengan cara memberikan akhlak dan muamalah yang baik, atas idzin Allah akhirnya kamipun diberikan ruang untuk memberikan kajian kitab dasa tauhid karya syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab seperti Utshul Tsalatsah dan Qowa’idul ‘Arba’. Sehingga amaliyah kami yang berbedapun mereka bisa menerimanya. Sampai-sampai pada beberapa bulan terakhir ini dari tokoh warga negara yang menyatakan kepada kami untuk menjadi imam rowatib, padahal mereka tahu bahwa pada amaliyah kami ada perbedaan,seperti mereka biasanya dzikir setelah sholat itu sangat keras sedangkan kami tidak, subuh mereka qunut secara terus-menerus sedangkan kami tidak, tapi saat ini mereka justru meminta diimami dari pihak kami. Walhamdulillah semua ini atas pertolongan Allah.
Hendaklah semua bisa memahami, bahwa perjalanan dakwah itu butuh waktu dan kesabaran, tidak bisa dilakukan dengan tergesa-gesa, ada fase-fase yang harus dilewati. Bahkan kita sendiripun tentu tidak ada yang tiba-tiba begitu saja langsung faham sunnah, kita semua melalui perjalanan panjang dan butuh proses.
Demikian, semoga kita bisa menjaga lisan dan hati, karena semuanya akan diminta pertanggung jawaban di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.Barokallahu fiikum
Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarokatuhu
Saya yang faqir ilmu dan yang lemah
Mahmud Sidik Abu Ikhsan